bagaimana cara berkomunikasi yang baik bagi mahasiswa Stikes sehati
Berkomunikasi dengan baik sebagai mahasiswa di STIKes Sehati atau perguruan tinggi kesehatan lainnya sangat penting, baik untuk mendukung kesuksesan akademik, membangun hubungan yang baik dengan dosen dan teman sekelas, maupun untuk mempersiapkan diri di dunia profesional. Berikut adalah beberapa cara berkomunikasi yang baik yang bisa diterapkan oleh mahasiswa STIKes Sehati:
1. Dengarkan dengan Aktif
- Fokus pada Pembicara: Ketika berinteraksi dengan dosen, teman, atau pasien dalam konteks klinis, pastikan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian. Hindari gangguan seperti menggunakan ponsel atau berpikir tentang jawaban saat orang lain sedang berbicara.
- Tunjukkan Ketertarikan: Tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan memberi tanda seperti mengangguk, memberi respons singkat yang relevan, atau mempertanyakan lebih lanjut tentang topik yang dibicarakan.
- Jangan Menginterupsi: Beri kesempatan orang lain untuk selesai berbicara sebelum memberikan respons. Menginterupsi bisa menunjukkan ketidaksabaran dan kurangnya penghargaan terhadap pendapat orang lain.
2. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Jelas
- Sampaikan Pesan dengan Tegas: Sebagai mahasiswa di bidang kesehatan, seringkali Anda perlu menjelaskan istilah medis atau pengetahuan rumit kepada orang lain, baik teman sekelas atau pasien. Gunakan bahasa yang sederhana agar pesan Anda mudah dipahami.
- Hindari Ambiguitas: Pastikan apa yang Anda katakan jelas dan mudah dimengerti. Jika berbicara dengan pasien atau rekan yang tidak memahami istilah medis, jelaskan konsep tersebut dengan cara yang lebih mudah dipahami.
3. Perhatikan Bahasa Tubuh
- Kontak Mata: Menjaga kontak mata saat berkomunikasi menunjukkan rasa percaya diri dan perhatian terhadap lawan bicara. Namun, pastikan tidak berlebihan agar tidak terkesan menantang atau mengintimidasi.
- Ekspresi Wajah: Sesuaikan ekspresi wajah dengan situasi. Jika berbicara dengan pasien yang sedang cemas, usahakan untuk memberikan ekspresi yang tenang dan ramah.
- Gestur Positif: Gunakan gestur tubuh yang terbuka dan ramah. Hindari menyilangkan tangan atau tubuh, karena ini bisa terlihat defensif atau tidak tertarik.
4. Empati dan Kepedulian
- Pahami Perspektif Orang Lain: Ketika berkomunikasi dengan pasien atau rekan kerja, cobalah untuk memahami apa yang mereka rasakan dan alami. Ini sangat penting dalam bidang kesehatan, di mana pasien mungkin merasa cemas atau takut.
- Tunjukkan Kepedulian: Jika seseorang berbicara tentang masalah pribadi atau emosional, tunjukkan empati dan keinginan untuk mendengarkan. Memberikan perhatian penuh sangat penting untuk menjaga hubungan yang baik.
- Gunakan Kata-kata yang Menenangkan: Saat berinteraksi dengan pasien yang sedang sakit atau stres, gunakan kata-kata yang menenangkan dan penuh perhatian agar mereka merasa lebih nyaman.
5. Gunakan Komunikasi Verbal dan Non-Verbal yang Tepat
- Sesuaikan Nada Suara: Sesuaikan nada suara Anda sesuai dengan situasi. Jika Anda berbicara dengan teman atau dalam diskusi kelompok, gunakan nada yang lebih santai. Namun, dalam situasi lebih formal, seperti berbicara dengan dosen atau pasien, gunakan nada yang lebih serius dan profesional.
- Perhatikan Postur Tubuh: Postur tubuh yang baik menunjukkan rasa percaya diri. Jangan membungkuk atau terlihat tidak tertarik saat berkomunikasi.
6. Bertanya dan Klarifikasi
- Ajukan Pertanyaan: Jika ada hal yang tidak Anda pahami, jangan ragu untuk bertanya, baik kepada dosen, teman sekelas, atau pasien. Ini menunjukkan bahwa Anda aktif dalam proses pembelajaran dan ingin memastikan pemahaman yang benar.
- Klarifikasi Informasi: Jika Anda merasa informasi yang diterima tidak cukup jelas, mintalah klarifikasi. Ini penting untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan informasi yang akurat, terutama dalam konteks medis.
7. Umpan Balik Konstruktif
- Berikan Umpan Balik Positif: Ketika memberi umpan balik kepada teman atau rekan kerja, berikan umpan balik yang membangun dan penuh penghargaan. Jika ada kritik, sampaikan dengan cara yang mendukung, bukan menyalahkan.
- Terima Umpan Balik dengan Terbuka: Terimalah kritik dan umpan balik dengan sikap yang terbuka dan tanpa defensif. Gunakan umpan balik tersebut untuk berkembang dan memperbaiki diri.
8. Bersikap Profesional dan Sopan
- Hargai Waktu Orang Lain: Dalam komunikasi profesional, pastikan untuk selalu tepat waktu, terutama saat berkomunikasi dengan dosen, pasien, atau kolega. Jika Anda memiliki janji, usahakan untuk tidak terlambat.
- Gunakan Bahasa yang Sopan: Gunakan bahasa yang sopan dan hormat kepada semua orang, baik itu dosen, teman sekelas, pasien, atau staf medis. Sopan santun sangat penting dalam menjaga hubungan yang sehat dan profesional.
9. Komunikasi dalam Situasi Stres
- Tetap Tenang dalam Tekanan: Dalam dunia medis, seringkali Anda akan menghadapi situasi yang menegangkan atau stres. Penting untuk tetap tenang dan jelas dalam berkomunikasi, baik dengan pasien, kolega, maupun tim medis lainnya.
- Gunakan Pernyataan yang Jelas dan Singkat: Dalam situasi stres, berbicaralah dengan jelas dan singkat. Hindari berbicara terlalu banyak atau bertele-tele, karena bisa menambah kebingungannya.
10. Beradaptasi dengan Gaya Komunikasi Orang Lain
- Kenali Gaya Komunikasi Teman dan Dosen: Setiap orang memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Beberapa lebih suka komunikasi yang langsung dan to-the-point, sementara yang lain mungkin lebih menyukai pendekatan yang lebih santai. Sesuaikan gaya Anda agar lebih efektif.
- Jaga Keterbukaan dalam Diskusi Kelompok: Dalam diskusi kelompok atau kuliah, pastikan untuk memberi kesempatan kepada semua orang untuk berbicara dan menyampaikan pendapat. Ini menciptakan suasana diskusi yang sehat dan mendukung kolaborasi.
Sumber :
http://akbidsehati-medan.ac.id/berita/detail/bagaimana-cara-berkomunikasi-yang-baik-bagi-mahasiswa-stikes-sehati