Air Hujan Sebagai Sumber Alternatif Air Bersih & Air Minum

Upaya pengelolaan air hujan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih harus dilakukan. Air hujan dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber alternatif guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Air hujan yang tertampung dengan baik bisa dikelola sehingga dapat mengurangi kemungkinan ancaman banjir, mengurangi potensi kekeringan di saat musim kemarau, dan meningkatkan kualitas lingkungan serta kualitas hidup masyarakat. 

Air hujan di Indonesia rata-rata mempunya pH (potential Hydrogen) di kisaran 7,2–7,4. Artinya, secara kualitas masih layak dikonsumsi.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah mengembangkan dua bentuk sistem pemanfaatan dan pengolahan air hujan untuk bisa menjadi air minum yang bernama Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM).

SPAH dilengkapi talang air, saringan pasir, bak penampung, dan sumur resapan yang dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan atau banjir.

Prinsip dasar SPAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap bangunan melalui talang air untuk dialirkan ke tangki penampung. 

Limpasan air dari tangki penampung yang telah penuh lalu disalurkan ke sumur resapan.

Adapun SPAH, dalam praktiknya, adalah mengolah air dari bak penampungan agar menjadi air siap minum dengan kualitas setara air kemasan mineral. Pengolahan air hujan ini bisa memakai teknologi ARSINUM.

Dengan SPAH itu, air hujan yang jatuh ke atap bangunan akan mengalir melalui talang dan menuju pipa yang terhubung ke bak penampung air pertama. 

Debu dan sampah yang mengotori air kemudian tersaring di bagian bak perantara yang berisi pasir dan kerikil. Air hujan yang sudah bersih kemudian mengalir ke bak penampung utama.

Apabila bak utama tidak lagi mampu menampung air karena hujan turun terus-menerus, air akan mengalir melalui pipa outlet masuk ke dalam sumur resapan sedalam 3 meter. 

Air hujan di sumur itu akan meresap ke dalam tanah dan menambah kandungan air tanah. Dinding sumur resapan ini bisa terbuat dari beton setebal 10 cm.

Instalasi ARSINUM  aberfungsi untuk mengalirkan air dari bak penampung utama ke pompa.

Kemudian, pompa dosing memompakan bahan oksidator untuk mengoksidasi besi, mangan, serta bakteri. Air lalu mengalir ke statix mixer sebagai tangki pencampur.

Setelah tercampur di static mixer, air masuk ke dalam multimedia filter yang berisi kerikil, pasir silika, dan mangan zeolit yang menyaring partikel kasar dan endapan hasil oksidasi yang ukurannya cukup besar. 

Setelah melalui multimedia filter, air akan masuk ke dalam filter penukar ion yang berfungsi sebagai penghilang kesadahan akibat tingginya kadar kalsium, logam berat, dan warna.

Air lalu masuk ke dalam saringan cartridge filter yang mempunyai ukuran 0,5 mikron.

Pada unit ini, kotoran-kotoran yang lembut dan melayang-layang pada air akan tersaring. 

Dengan begitu, air akan tampak lebih jernih. Setelah melalui cartridge filter, air masuk ke dalam tangki penampung air bersih.

Kemudian dari tangki air bersih, air dipompa ke unit ultrafiltrasi yang dapat menyaring sampai ukuran 0,01 mikron. 

Unit ultrafiltrasi menggunakan modul membran tipe hollow fiber. Air yang keluar dari unit ultrafiltrasi lalu dialirkan ke bak penampung air bersih. 

Selanjutnya, air dipompa ke 3 unit mikro filter yang dapat menyaring padatan sampai ukuran 1 mikron.

Terakhir, air dialirkan dari unit mikro filter air ke unit sterilisator ultraviolet untuk membunuh mikroba. 

Air yang keluar dari unit sterilisator ultraviolet adalah air olahan yang siap minum langsung tanpa dimasak.


Sumber : http://akbidsehati-medan.ac.id/berita/detail/air-hujan-sebagai-sumber-alternatif-air-bersih--air-minum